HAKIKAT KURBAN : JANGAN ABAIKAN HAK ORANG LAIN - Media Literasi

Home / RELIGI

Rabu, 28 Juni 2023 - 06:57 WIB

HAKIKAT KURBAN : JANGAN ABAIKAN HAK ORANG LAIN

Oleh :
T.M. Jamil
Associate Profesor
Pengamat Sosial, USK, Banda Aceh

MERUPAKAN KEHENDAK ALLAH SWT, semua bentuk ibadah dalam Islam memiliki hikmah dan landasan filosofis yang sangat mulia, penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan. Hari raya senantiasa tiba seusai umat Islam melaksanakan ibadah yang cukup berat. Idul Fitri datang setelah ibadah puasa Ramadhan. Idul Kurban tiba setelah umat Islam beramal shaleh selama 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan puasa Arafah. Esensi hari raya hanyalah peristirahatan sebentar setelah perjalanan ibadah yang berat atau hadiah kemenangan dari Allah untuk kaum Mukminin yang telah sukses melawan godaan iblis laknatullah.

Hari raya bukanlah peristiwa tahunan untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan ketaatan sebagaimana yang sering disalahpahami sejumlah orang. Setiap insan hanyalah sebagai hamba Allah dalam segala ucapan dan perbuatannya. Agama tidak menginginkan seorang hamba kehilangan hubungannya dengan Allah walau sekejap. Kehidupan Muslim bagaikan sebuah perjalanan panjang yang ditempuhnya, sekali-sekali istirahat sebentar untuk kemudian melanjutkan perjalanan perjuangan spiritual dan kehidupannya yang lurus dan bersih. Istirahat sebentar itu adalah hari raya, yang di dalamnya diperbolehkan bergembira ria dengan berbagai hiburan yang mubah (dibolehkan).

Itulah sebabnya, dalam bahasa Arab disebut dengan ‘id’ yang artinya senantiasa kembali dengan membawa kebahagiaan, kegembiraan, dan kelapangan bagi orang-orang yang berhati mulia. Hari raya dalam perspektif Islam harus diisi dengan berbagai nasihat, syiar, dan ibadah yang mengandung nilai-nilai sosial, di samping merupakan kesempatan untuk membahagiakan setiap insan di muka bumi. Allah SWT telah mengaitkan Idul Adha ini dengan nilai sosial yang abadi dalam bentuk pengorbanan. Pengorbanan, artinya menyerahkan sesuatu yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkannya. Pada hari raya ini dan hari-hari tasyrik, Allah mensyariatkan bagi yang mampu untuk menyembelih hewan kurban yang dibagikan kepada fakir miskin, karib kerabat, dan sebagian untuk keluarganya sebagai upaya menebar kebahagiaan di muka bumi.

Baca Juga  TU Aceh Bersama Pemkab Aceh Utara, Sukses Gelar Safari Subuh Se-Aceh

BETAPA dan sungguh sangat mulia perintah Allah swt dan Rasul untuk kita. Benda dan harta yang kita miliki dan sayangi dianjurkan dan bahkan diwajibkan bagi yang mampu untuk mengeluarkan dan memberikan bagi orang-orang yang membutuhkan. Namun dalam kenyataannya, jika kita amati dalam kehidupan sosial masyarakat, yang katanya sangat santun, berbudaya dan agamis ini justeru terjadi sebaliknya. Jangankan kita berusaha untuk membantu mereka yang lemah, kadang-kadang hak mereka pun seringkali kita abaikan. Lihatlah dengan mata dan hati yang jujur, betapa banyak hamba Allah yang bekerja siang-malam hanya dengan mengharapkan ‘’sepiring nasi” dan “setetes embun” agar mereka bisa membahagiakan keluarganya, tapi nasib mereka sungguh tragis, dan menyedihkan. Gaji atau upahnya saja sering telat dibayar dengan berbagai sebab dan alasan yang dibuat-buat, tanpa sedikitpun para pemimpin kita merasa bersalah dan berdosa dengan mengabaikan hak-hak orang lain.

Bagaimana mungkin, mengharapkan bawahan kita harus memiliki loyalitas tinggi, penuh tanggung jawab dan kesetiaan dalam pekerjaan, sementara kita sebagai pemimpin tidak sedikitpun menunjukkan perhatian dan kesetiaan pada mereka? Mereka dapat menyaksikan sendiri, bagaimana pemimpinnya dengan mudah meninggalkan tugas dan pergi ke luar kota hanya untuk menyalurkan hobby dan mencari hiburan untuk menyenangkan hati. Dan hampir tiap hari juga mereka melihat, pemimpinnya menikmati fasilitas negara yang kadangkala bukan di waktu jam dinas, tapi hanya untuk berakhir pekan bersama keluarga. Na’uzubillahi Min Zhalik. Semoga saja kenyataan seperti ini tidak akan pernah terjadi di sekitar kita. Insya Allah. Mari Kita Merenung !

Baca Juga  Kalender Hijriah 1443 H

Dalam syariat kurban terkandung makna pengokohan ikatan sosial yang dilandasi kasih sayang, pengorbanan untuk kebahagiaan orang lain, ketulus-ikhlasan, dan amalan baik lainnya yang mencerminkan ketakwaan. Kilasan esensi ini diungkap Allah dalam surah al-Hajj ayat 37, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan daripada kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkan nya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Di antara nilai sosial yang harus menghiasi setiap Muslim pada hari raya adalah menghilangkan berbagai bentuk kedengkian dan iri hati dalam diri, melupakan macam-macam permusuhan dan pertentangan, serta kita tingkatkan kepedulian kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Mari kita bersama-sama mengorbankan hawa nafsu, membuang sikap individualistis dan fanatisme kelompok, demi Ukhuwah Insani Yah yang Islami. Dengan Idul Kurban, kita teladani Nabi Ibrahim dan Ismail AS, serta bersama menebar kasih sayang untuk hamba Allah di muka bumi ini. Barakallahu Fiekum Wa Ahlikum. Mohon Maaf, Jika Tulisan ini kurang berkenan. Semoga Berkah!

Serambi Mekah, 18 Juni 2023

Share :

Baca Juga

OPINI

Makna Simbolik Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW Dalam Suksesi Kepemimpinan

BERITA

Ucapkan Selamat Natal, Kapolri: Mari Genggam Erat Persatuan dan Kesatuan

RELIGI

HAKIKAT BULAN MUHARRAM : HINDARI UNTUK MENGKULTUS INDIVIDU DALAM KEPEMIMPINAN

BERANDA

PT MEDCO E&P MALAKA DAN BEBERAPA REKANAN SALURKAN PULUHAN HEWAN QURBAN

EDUKASI

JIKA ALLAH TEMPATMU BERSANDAR, MAKA BERKORBANLAH

RELIGI

IDULFITRI MENDIDIK KITA MENJADI INSAN YANG BERANI MENGAKUI KESALAHAN

RELIGI

Mulai Terjadinya Pergeseran Nilai Idul Fitri

RELIGI

SIAPAKAH PEMILIK DARI “PIALA RAMADHAN”?