
TOKYO – Kuil Senso-ji merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Negeri Matahari terbit tersebut, selain memiliki kekayaan sejarah, Kuil Sholin kuno yang terletak di Asakusa, Tokyo, Jepang tersebut didirikan tahun 645 M, menjadikannya kuil tertua di Jepang. Kuil Senso-ji selain objek wisata juga menjadi rumah ibadah yang paling banyak dikunjungi di dunia dengan lebih dari 30 juta pengunjung setiap tahun.
Menghabiskan 7 jam perjalanan uda dari bandara Soekarno-Hatta untuk tiba di bandara Haneda, yang terletak di Ota, Tokyo untuk berada di depan gerbang Kuil Senso-ji dimana digantungkan satu lentera yang sangat besar dengan nama Kaminarimon.
Kaminarimon itu sendiri menjadi penanda sekaligus landmark dari Asakusa, Taitoku, Tokyo. Setelah melewati Kaminarimon, akan terlihat Nakamise-dori yang merupakan salah satu area perbelanjaan tertua di Jepang. Didukung oleh toko-toko yang unik serta masyarakatnya yang santun dan ramah serta gulungan gambar Asakusa. Disini tersedia barang-barang khas Jepang seperti aksesoris rambut, bakiak Jepang, boneka kayu, patung kecil maneki neko, chiyogami (kertas berwarna), produk kesenian rakyat dan berbagai makanan khas jepang seperti mochi, Tokyo banana.
Selain itu, di dalam kuil Senso-ji, masih bisa kita jumpai aktivitas masyarakat Jepang yang melakukan ritual ibadah, baik bagi wisatawan lokal maupun luar negeri untuk melihat ritual ibadah dan di izinkan pula untuk mengabadikan moment di seputar lokasi dalam are yang ditentukan.
Hal yang unik dari Kuil Senso-ji adalah dimana Kuil berada di tengah kota Tokyo yang termasuk kota modern di dunia dengan gedung-gedung pencakar langit, tapi masih berdiri indah bangunan kuno yang berusia ratusan tahun, bahkan kuil Senso-ji tidak begitu jauh dari menara yang menjadi landmark Kota Tokyo yaitu Menara Tokyo Skytree, menara tertinggi di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai.
Berada di kawasan kuil Senso-ji dengan memiliki luas beberapa hektar ini seperti berada pada 2 zaman. Zaman tradisional dengan arsitektur bangunan khas Jepang dan Zaman modern dengan gedung-gedung pencakar langit yang indah.
“Semoga kita orang aceh khususnya dan Indonesia umumnya banyak belajar dengan cara Jepang membangun peradaban. Dimana orang Jepang dengan bangga akan budaya Jepangnya dan terus melestarikannya”, ujar Zuhrial.
“Tidak ada budaya yang dapat hidup jika berusaha untuk menjadi eksklusif’’, lanjutnya.
Menurut Zuhrial, sudah sepatutnya di era modern ini kita mampu menjaga identitas di tengah modernitas dan mampu membuka diri tanpa harus menjadi orang lain.
Laporan : Zuhrial Fazlu Aziz dari Jepang,