Penulis Azhar, SE MM (Dosen Ekonomi Syariah Universitas Islam Aceh & Pendamping Halal)
MEDIALITERASI.ID | OPINI – Aceh dengan implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, memiliki peluang besar untuk menjadi pusat industri halal yang terkemuka.
Pemerintah Aceh mengatakan potensi ini mencakup berbagai sektor, mulai dari produk makanan dan minuman, pariwisata syariah, hingga keuangan Islam dan produk gaya hidup halal lainnya. Namun, realisasi potensi ini sangat bergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengelola dan mengembangkan industri tersebut.
Manajemen SDM yang efektif menjadi fondasi krusial untuk memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan industri halal di Bumi Serambi Mekkah.
Dalam konteks industri halal, manajemen SDM tidak hanya berfokus pada aspek-aspek konvensional seperti rekrutmen, pelatihan, dan pengembangan karyawan. Lebih dari itu, pemahaman dan internalisasi prinsip-prinsip halal dalam setiap aspek operasional perusahaan menjadi persyaratan mutlak.
Setiap individu yang terlibat dalam rantai nilai industri halal, mulai dari produksi hingga pemasaran, harus memiliki kesadaran dan kompetensi terkait standar halal yang berlaku seperti yang tertuang dalam aturan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama. Ini menuntut adanya program pelatihan khusus yang tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman mendalam tentang fiqih muamalah dan regulasi halal.
Salah satu tantangan signifikan yang dihadapi industri halal di Aceh adalah ketersediaan SDM yang memiliki kombinasi antara keahlian profesional dan pemahaman agama yang kuat.
Investasi dalam pendidikan dan pelatihan yang terintegrasi menjadi sangat penting untuk mengatasi kesenjangan ini. Institusi pendidikan dan pelatihan di Aceh perlu mengembangkan kurikulum yang menggabungkan pengetahuan industri dengan prinsip-prinsip syariah, sehingga menghasilkan lulusan yang siap kerja dan memiliki integritas sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Praktik manajemen SDM yang baik juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang etis dan produktif. Menurut Asosiasi Pengusaha Halal Indonesia proses rekrutmen yang transparan dan adil, sistem kompensasi yang kompetitif dan berkeadilan, serta kesempatan pengembangan karir yang jelas akan menarik dan mempertahankan talenta terbaik di industri halal Aceh.
Selain itu, budaya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, seperti kejujuran, amanah, dan profesionalisme, akan menciptakan suasana kerja yang harmonis dan meningkatkan motivasi karyawan.
Lebih lanjut, dalam menghadapi persaingan global di pasar halal, industri halal Aceh membutuhkan SDM yang adaptif dan inovatif.
Pelatihan berkelanjutan dalam bidang teknologi, pemasaran digital, dan pemahaman tren pasar halal global menjadi krusial. Dalam bukunya Thomson Reuters yang berjudul State of the Global Islamic Economy Report karyawan yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengembangkan solusi kreatif akan menjadi aset berharga bagi pertumbuhan industri halal Aceh di kancah internasional.
Manajemen SDM yang holistik dan berlandaskan pada nilai-nilai Islam adalah kunci keberhasilan pengembangan industri halal di Aceh. Dengan fokus pada pengembangan kompetensi halal, praktik manajemen SDM yang etis, dan investasi dalam pendidikan dan pelatihan yang terintegrasi, Aceh dapat mewujudkan visinya sebagai pusat industri halal yang berdaya saing global dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.