Bangkitnya Budaya Saman dan Bines di Gayo Lues Masa Pandemi - Media Literasi

Home / OPINI

Rabu, 1 Desember 2021 - 14:47 WIB

Bangkitnya Budaya Saman dan Bines di Gayo Lues Masa Pandemi

Sejak awal tahun 2020, penduduk bumi digegerkan dengan munculnya wabah virus corona atau Covid-19 yang di klaim berasal dari Wuhan, Tiongkok. Covid-19 menyebar begitu cepat di Wuhan bahkan membuat manusia yang terjangkit virus tersebut mengalami kematian, Hal ini tentu menambah ketakutan penduduk bumi karena penyebaran Covid-19 yang begitu cepat ke berbagai negara di dunia,termasuk Indonesia.

Sama halnya dengan yang terjadi Tiongkok, penyebaran Virus covid-19 juga sangat pesat di Indonesia sehingga menyebabkan dunia ekonomi, pendidikan, agama, bahkan sosial dan budaya menjadi dampak akibat virus ini. Di dunia pendidikan misalnya, Ujian Nasional harus ditiadakan akibat wabah ini,sementara umat islam yang menjalankan puasa di masa pandemi,harus melaksanakan shalat tarawih dengan menggunakan masker dan menjaga jarak. Hingga 26 Oktober 2021, Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan 4.241.090 orang terkonfirmasi positif COVID-19 dan ada 143.270 kematian (CFR: 3,4%) terkait COVID-19 yang dilaporkan dan 4.084.831 pasien telah sembuh dari penyakit tersebut.

Baca Juga  TETAP MEWASPADAI ANCAMAN KOMUNIS

Tidak hanya di perkotaan, Covid-19 di Indonesia juga telah menyebar ke seluruh pelosok negeri, salah satunya adalah kabupaten Gayo Lues yang ada di Aceh. Daerah yang dijuluki Negeri 1000 Bukit ini juga menjadi dampak dari wabah covid-19, salah satunya adalah di bidang Budaya. Gayo Lues memang terkenal dengan Tari Samannya yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2011. Sebelum pandemi, terutama setelah hari raya idul fitri atau idul adha setiap desa yang ada Gayo Lues pasti selalu mengadakan acara Saman 1 hari 1 bahkan 2 hari 2 malam dengan desa lain (Bejamu saman), namun wabah virus corona ternyata membuat tradisi itu perlahan hilang, bahkan dalam kurun waktu hampir 2 tahun hingga pertengahann tahun 2021. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan, tetapi adanya kebijakan pemerintah yang menerapkan dilarang membuat kerumunan untuk memininalisir perkembangan covid-19 di Indonesia.

Baca Juga  PROF SUTAN NASOMAL MENILAI PENGADILAN KRIMINAL INTERNATIONAL (ICC) MEMBIARKAN PELANGGARAN HAM DI TIM-TENG

Seiring berjalannya waktu, atau tepatnya beberapa bulan lalu, kesadaran masyarakat Gayo Lues akan Tari Saman kembali bangkit, hal ini dibuktikan dengan antusias masyarakat dalam menyambut Peringatan 10 tahun tari saman ditetapkan sebagai warisan budaya dunia pada tanggal 24 November lalu di Gayo Lues. Beberapa hari setelah itu, banyak masyarakat yang menuturkan bahwa masyarakat Gayo Lues sudah bisa melanjutkan tradisi Bejamu Saman sebagai bukti bahwa budaya Saman tidak akan pernah hilang di jiwa masyarakat Gayo Lues. Sampai sekarang belum ada kebijakan dari Pemerintah Gayo Lues apakah tradisi Bejamu Saman sudah bisa dilaksanakan atau belum karena mengingat negara Indonesia masih dalam kondisi dilanda wabah Covid-19, tentunya kita berharap semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga kita melaksanakan kegiatan seperti biasa

Penulis: Selamat Azhar, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh | Photo : (Ist)

Share :

Baca Juga

OPINI

Belajar dari Kebakaran di LA : Pemerintah Indonesia Waspada Terhadap Alam Indonesia

OPINI

Mengapa Istri Berani Menggugat Cerai Suami?

OPINI

DETIK-DETIK MENYAMBUT TAHUN BARU 2025 ; BANGUNLAH WAHAI BANGSAKU

OPINI

PERJANJIAN RI – GAM : SISI LAIN DARI REFLEKSI 20 TAHUN BENCANA TSUNAMI ACEH

OPINI

Menjadi Orang Tua Asuh Pohon Wajib Menjadi Program Nasional Bersama Presiden RI 

OPINI

Pilkada dan Opsi Anggota DPRD Via Jalur Perseorangan

OPINI

Waktu Berjalan Begitu Cepat : Sudahkah Kita Berbuat Baik Hari Ini ?

OPINI

Puisi Esai Perlu Untuk Menyegarkan Tradisi Satra Indonesia Yang Sepi