MEDIALITERASI.ID | Zhengzhou, Tiongkok – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), menyampaikan pidato pada acara 2025 ASEAN–China Cooperation and Development Conference on Food and Agriculture yang digelar di Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok, Senin (13/10/2025).
Dalam sambutannya, Mualem memaparkan tentang perjalanan sejarah Aceh yang pernah mengalami konflik dengan Republik Indonesia dan berhasil mencapai perdamaian melalui Kesepakatan MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005. Ia menegaskan bahwa Aceh kini telah menjadi wilayah yang damai, terbuka, dan ramah bagi investasi asing.
“Aceh saat ini aman dan siap menjadi mitra strategis dalam pengembangan sektor pangan dan pertanian kawasan ASEAN –China,” ujar Mualem di hadapan delegasi negara peserta.
Gubernur Aceh itu juga menyoroti besarnya potensi sumber daya alam di Aceh, terutama di sektor perikanan, peternakan, dan pertanian. Ia menjelaskan bahwa letak geografis Aceh yang strategis menjadikannya pintu gerbang perdagangan internasional di ujung barat Indonesia.
Selain itu, Mualem juga mengajak para investor dari Tiongkok dan negara-negara ASEAN untuk menjajaki potensi minyak, gas, serta pertambangan emas di Aceh, yang dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang besar meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Konferensi kerja sama ASEAN–China tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi, perwakilan kementerian pertanian, serta kalangan pelaku usaha dari berbagai negara. Agenda tahunan ini bertujuan memperkuat kolaborasi di bidang ketahanan pangan, teknologi pertanian, dan investasi berkelanjutan antara negara-negara Asia Tenggara dan Tiongkok. (EQ)