SUMENEP, MediaLiterasi.id — Aktivis Aliansi pemuda Reformasi Melawan (ALARM) kembali gelar Aksi terkait adanya dugaan Mark Up Anggaran Program Wirausaha santri dengan Memanipulasi data kehadiran peserta Pelatihan sejak Tahun 2021 hingga 2023.
Bahkan, manipulasi data peserta Pelatihan tersebut berpotensi terjadi kembali pada pelatihan 2024 Tahun ini. Sehingga, Aktivis ALARM Meminta Disbudporapar untuk menghentikan program santri Enterpreneur untuk Selamanya, “kata Syaiful Bahri di sela-sela Orasinya didepan Kantor Disbudporapar Sumenep, Selasa 6 Agustus 2024.
Program wirausaha santri bertujuan guna membangun kreativitas di kalangan santri, sebagai modal supaya memiliki jiwa entrepreunership atau kewiraswastaan, sehingga mereka siap menghadapi peluang ekonomi global secara digital.
Namun, fakta di Lapangan justru berbanding terbalik dengan tujuan awal dan target awal kepada Santri dari pondok pesantren melainkan dari orang dan atau pemuda yang bukan berlabel santri”, Imbuhnya.
Hingga orasi Aktivis berlangsung 20 Menit, akhirnya kepala Dinas Kebudayaan pemuda Olahraga dan Pariwisata (ALARM) mengajak massa aksi untuk diskusi ke dalam ruangan.
Dalam diskusinya, Kepala Disbudporapar Sumenep menyampaikan terimakasih atas kedatangan Aktivis ALARM dan menjelaskan bahwa Program Wirausaha santri atau yang lebih dikenal dengan Santri Enterpreneur merupakan salahsatu Program melanjutkan Visi-misi Bupati Sumenep.
Setiap tahun sudah diselenggarakan, mulai dari Tahun 2021 sampai saat ini, keberadaannya memang untuk menyasar dan menyisir terhadap santri-santri yang ada dikabupaten Sumenep. Pelaksanaannya ada di pondok pesantren, Kepesertaannya kita menunjuk pondok pesantren untuk memilih siapa saja santri yang akan di ikut sertakan pada Pelatihan.
“Jadi, kami tidak pernah cawe-cawe masalah rekrutmen kepesertaan. Semuanya, kita pasrahkan kepada pondok pesantren yang ditempati”, kata Mohammad Iksan saat menemui massa Aksi di Ruangannya, Selasa 6 Agustus 2024.
Contoh, pelaksanaan membatik yang dilaksanakan di pondok pesantren Al-ittihad Lenteng. Nanti saya ke kyai Rifki menyampaikan agar merekrut santri-santri asuhannya untuk diberikan pelatihan membatik.
Selesainya nanti, kita akan berikan peralatan-peralatan agar bisa mandiri. Sehingga konsepnya seperti itu.
Harapannya, tentunya karena ini program besar yang dilakukan Bapak Bupati untuk mengangkat Harkat dan Martabat santri dibeberapa tempat. Tentu juga merambah ke pelosok-pelosok termasuk ke kepulauan yang ada pondok pesantrennya, “Jelasnya.
Sementara itu, Massa Aksi ALARM, Toifur Ali wafa menanggapi pernyataan kadisbudporapar terkait temuannya dilapangan bahwa program wirausaha santri yang diperuntukkan bagi santri di pondok pesantren itu tidak benar. Khususnya yang terjadi di beberapa kecamatan, salahsatunya pada tahun 2023 di kecamatan Bluto dan Rubaru serta pusat ukir Karduluk tahun 2021.
Peserta yang di ikutkan pelatihan bukan santri, melainkan pemuda yang hanya berpura-pura menjadi santri bahkan Outputnya sejak 2021 hingga saat ini belum jelas, “tudingnya.
Pantauan media, massa aksi mengajak kepala Disbudporapar untuk turun langsung bersamanya guna membuktikan temuannya tersebut. Namun kepala Disbudporapar enggan diajak turun dengan menyampaikan bahwa massa aksi turun sendiri dan melaporkan temuannya kepada dirinya.
Kadisbudporapar akan menerima laporan aktivis untuk ditindaklanjuti, namun aktivis masih bersikukuh untuk investigasi bersama bersama kepolisian juga untuk membuktikan hasil investigasi sebelumnya tersebut hingga terjadi Cek-cok antara Massa aksi dan Kadisbudporapar bahkan ada permintaan untuk dilaporkan bahwa ada pelanggaran.
“Silahkan buat laporan bahwa ini pelanggaran, Selesai”, Tutupnya Mohammad Iksan dengan Emosi di hadapan massa aksi saat ditanyakan Output Program Wirausaha santri.
