TAK PERLU MENUDUH : JANGAN-JANGAN KITALAH "TERDAKWA" YANG SESUNGGUHNYA - Media Literasi

TAK PERLU MENUDUH : JANGAN-JANGAN KITALAH “TERDAKWA” YANG SESUNGGUHNYA

MUNGKIN Artikel atau publikasi saya kali ini sepertinya tidak akan disukai oleh banyak orang. Lewati saja bila anda tidak sependapat dan tidak menyukainya. Saya sedang tidak ingin untuk berdebat. Hari itu saya mendatangi salah satu guru saya.

Bagi saya belajar agama memang harus dengan banyak guru. Saya bertanya pada beliau tentang bencana yang akhir-akhir ini terjadi beruntun di negeri ini Karena usia beliau sudah sepuh, maka saya memanggilnya, Bapak “Kiyai”.

“Pak Kiyai, bagaimana dalam pandangan Islam tentang bencana alam yang akhir-akhir ini sering terjadi di negeri kita. Banyak yang mengatakan semua ini azab dan mengaitkannya dengan pelaku musyrik, perzinaan dan juga penyimpangan seksual. Bagaimana menurut Pak Kiyai?”

Pak Kiyai menghela nafas panjang, sebentar sebelum dan akhirnya berbicara dengan kepala tertunduk. Raut wajahnya yang sedih tak dapat beliau sembunyikan. “Apakah kalian siap untuk mendengar apa yang akan saya katakan ini?”

Kami yang duduk disitu saling berpandangan dengan beberapa orang sahabat. Dengan lirih dan tidak kompak, kami menjawab hampir bersamaan.
“In Sya Allah, siap Pak Kiyai.”

Kembali Pak Kiyai menghela nafasnya …
“Bila bencana dikaitkan dengan azab, apa yang kalian sebutkan itu benar turut mengundang kemarahan Allah sehingga Allah datangkan azab. Tapi jangan pula kalian berhenti sampai disitu. Bila memang dikatakan azab, maka terdakwanya bukan hanya mereka pelaku musyrik, pelaku penyimpangan sexual dan pelaku zina. Bisa jadi kita adalah terdakwa juga yang turut berkontribusi memancing kemarahan Allah Swt.”

Pak Kiyai berhenti sebentar menatap kami satu persatu. Wajah kami masih tanda tanya menunggu kelanjutan kata-katanya…

“Mari sejenak kita tengok sejarah. Azab, musibah, dan bala dalam Al-quran memang ada. Pertama, Umat Nabi Nuh yang keras kepala karena menyembah selain Allah (QS al-Najm/53:52) (QS Hud/11: 25-26), dihancurkan dengan banjir besar dan mungkin gelombang tsunami pertama dalam sejarah umat manusia (QS Hud/11:40); Kedua, Umat Nabi Syu’aib yang penuh dengan korupsi dan kecurangan (QS al-A’raf/7:85; QS Hud/11:84-85) dihancurkan dengan gempa yang menggelegar dan mematikan hampir seluruh penduduk bumi (QS Hud/11/94);

Ketiga, Umat Nabi Shaleh yang kufur dan dilanda hedonisme dan cinta dunia yang berlebihan (QS Al-Syu’ara’/26:146-149) dimusnahkan dengan keganasan virus yang mewabah dan gempa (QS Hud/11:67-68) ; Keempat, Umat Nabi Luth yang dilanda kemaksiatan dan penyimpangan seksual (QS.Hud/11:78-79) dihancurkan pula dengan gempa bumi yang maha dahsyat (QS Hud/11:82);

Dan Kelima, Penguasa Yaman, Raja Abraha, yang berusaha mengambil alih Ka’bah sebagai bagian dari ambisinya untuk memonopoli segala sumber ekonomi, juga dihancurkan dengan cara mengenaskan sebagaimana dilukiskan dalam surah Al-Fil (QS al-Fil/105:1-5).

Kita hanya mengaitkan bencana yang terjadi pada peristiwa nabi Nuh dan nabi Luth. Kita lupa bahwa azab juga Allah Swt berikan pada zaman Nabi Syu’aib, Nabi Shaleh dan penguasa Yaman. Pada zaman Nabi Nuh prosentase dosa terbesar adalah pelaku kemusyrikan. Pada zaman Nabi Luth prosentase dosa terbesar adalah pelaku penyimpangan seksual dan perzinahan. Pada zaman Nabi Syu’aib, Nabi Shaleh dan Penguasa Yaman prosentase dosa terbesar adalah kaum hedonisme pecinta harta dunia.

Sekarang jujurlah, mari kita buat prosentase di zaman sekarang ini. Marilah kita kelompokkan beberapa dosa berikut :
1. Pelaku musyrik,
2. Pelaku penyimpangan seksual,
3. Pelaku zina : pelacuran dan perselingkuhan,
4. Pelaku riba
5. Kaum munafik

Mari mulai lihat sekeliling kita masing-masing. Ada berapa Kepala Keluarga (KK) di komplek kalian masing-masing? (Saya mulai membayangkan di komplek perumahan atau tempat saya tinggal ada sekitar 100-an KK). Dari sekian KK (100-an KK di komplek saya), ada berapa persen pelaku musyrik? (Dalam hati saya menjawab, tidak ada, entah kalau yang tidak saya tahu).

Dari sekian KK (100-an KK di komplek saya), ada berapa persen pelaku penyimpangan seksual? (Dalam hati saya menjawab, belum pernah tahu). Dari sekian KK (100-an KK kalau di komplek saya), ada berapa persen pelaku zina? (Dalam hati saya menjawab, lokalisasi pelacuran juga tidak ada, tidak ada pula diskotik, dan tidak ada PUB, perselingkuhanpun saya rasa tidak lebih dari 10%, itupun hanya dilakukan oleh orang-orang sedang berkuasa dan berduit. Astargfirullahal Adhiem).

Dari sekian KK (100-an KK kalau di komplek perumahan saya tinggal), ada berapa persen pelaku riba? Untuk pertanyaan yang satu ini gantian saya yang menunduk. Tidak mampu dan juga tak berani untuk menjawab walau hanya dalam hati. Termasuk kelompok munafik, saya juga tak punya kuasa untuk menjawabnya. Karena sebahagian di sekitar kita bisa jadi mereka hanya sok suci dan merasa diri suci – lalu mereka memfitnah dan menzhalimi orang lain – yang mereka anggap penghalang atau musuhnya dalam berkarir. Wallahu ‘Aklam. Wa Kafa Billahi Syahida…

Berarti dosa mana yang berkontribusi paling besar dan mengundang bencana? Bila bencana itu dikaitkan dengan azab?
Pak Kiyai kembali melanjutkan …

“Manusia itu selalu berbuat curang pada Allah … Berani menggali lubang riba begitu banyak, namun hanya menutupnya dengan secuil sedekah. Melalui bencana ini Allah Swt ingin bicara kepada Makhluk-Nya: Lihatlah, Rumah yang kalian cicil bertahun-tahun dengan cara riba, mampu AKU luluh lantakkan dalam sekejab. Lihatlah, Mobil mewah yang kalian pikir mampu menaikkan gengsi kalian dimata manusia, KU buat tidak berkutik saat KU perintahkan laut untuk menggulung bumi-KU. (Karena memang saat tsunami kita harus keluar dari dalam mobil).

Harta benda yang selama ini kalian kumpulkan, dunia yang selama ini kalian kejar tidak mampu kalian gunakan untuk berlindung. Janganlah dulu menuding ke arah sana. Janganlah dulu menuding atau menudah ke arah mereka. Jangan-jangan kitalah terdakwa yang sesungguhnya. Susah payah aku tahan emosiku, tangisku, mataku berkaca-kaca. Lirih-ku katakan : “Bapak Kiyai sungguh mengerikan yang antum katakan.” Astargfirullahal ‘Adhiem. Yaa Allah… Ampunilah Dosa-dosa Kami …

“Itulah sebabnya dari awal tadi telah ku tanyakan, apakah kalian telah siap mendengar jawabanku?” Astargfirullahal Adhiem. Yaa Allah, Lindungi Kami dan Keluarga Besar Kami Beserta Seluruh Ummat dan Makhluk-Mu yang Beriman Dari Berbagai Bencana Dunia Yaa Allah, Yaa Rabbal ‘Alamin.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua. Dan kepada yang menulisnya, siapapun dia, agar berbalas amal dan pahala jariyah dari Allah pemilik alam ini. Aamiin Ya Rabb.

@Alfakir….

 

Total
0
Shares
Related Posts
Read More

Jokowi Harus Cepat Tumbang

oleh M Rizal Fadillah* PENGGUSURAN etnis Melayu Rempang adalah puncak dosa dan penghianatan Jokowi. Kepada warga Rempang Jokowi…