Buaya merupakan salah satu hewan yang bersifat monogami, atau hanya memiliki satu pasangan saja sehingga jika pasangannya mati maka buaya tidak akan mencari betina lain untuk dijadikan pasangan.
Buaya jantan bisa dikatakan hewan yang paling setia dan penyayang terhadap pasangannya, jika buaya betina mengalami kematian, ia memilih tak mencari betina lain dan memilih menghabiskan sisa hidupnya sendirian. Buaya jantan juga merupakan hewan yang paling protektif bagi buaya betina.
Di habitatnya, hewan buas ini hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Hal itu dibuktikan dengan seekor buaya jantan tidak akan mencari pasangan baru lagi setelah pasangannya mati. Hewan ini akan memilih untuk menghabiskan hidupnya sendirian.
Tim ilmuwan dari Laboratorium Ekologi Sungai Savannah Universitas Georgia Amerika Serikat. Paper yang dipublikasikan berjudul “Multi-year multiple paternity and mate fidelity in the American alligator, Alligator mississippiensis” yang terbit di jurnal terkemuka Molecular Ecology (Q1) pada tahun 2009.
Tim yang dipimpin oleh Stacey Lance tersebut menghabiskan waktu 10 tahun untuk meneliti sistem perkawinan buaya yang tinggal di Rockefeller Wildlife Refuge (RWR) di Louisiana. Rockefeller Wildlife Refuge (RWR) sendiri adalah rawa yang cukup luas yang digunakan sebagai suaka margasatwa. Banyak penelitian dilakukan di RWR untuk pengelolaan lahan rawa dan penelitian mengenai buaya.
“Mengingat betapa sangat terbuka dan padatnya populasi buaya di RWR, kami tidak berharap menemukan kesetiaan “Untuk benar-benar menemukan bahwa 70% dari buaya betina menunjukkan kesetiaan kepada pasangan adalah sungguh luar biasa. Saya rasa tidak ada dari kita yang menyangka bahwa pasangan buaya yang sama yang berkembang biak bersama pada tahun 1997 akan tetap berkembang biak secara bersama pada tahun 2005 dan mungkin masih bersama hingga hari ini.” Penemuan tersebut memberikan wawasan baru tentang sistem perkawinan buaya yang kompleks”, kata Lance.
Meskipun buaya betina di RWR bergerak bebas melalui wilayah buaya jantan sehingga menyebabkan tingginya peluang kawin, penelitian ini mengungkapkan bahwa banyak buaya memilih untuk kawin dengan pasangan yang sama selama banyak musim kawin yang diamati hingga 10 tahun. Ini merupakan bukti pertama untuk kesetiaan pasangan pada spesies buaya dan mengungkapkan kesamaan dalam pola kawin antara spesies buaya dan burung yang sama-sama setia. Hal ini tentu berbeda dengan istilah Buaya Darat yang di artikan sebagai ketidak Setiaan pasangannya dan Istilah itupun di anggap salah alamat jika dibandingkan antara sifat asli Buaya dan Manusia.
Sedangkan Istilah Buaya Darat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sikap tidak setia seorang laki-laki kepada perempuan. Padahal kenyataannya buaya merupakan binatang reptil yang memiliki sifat setia kepada pasangan. Sebutan laki-laki buaya darat, acapkali melekat kepada pria hidung belang, atau laki-laki yang mengkhianati, menduakan pasangannya.
Banyak pendapat soal sejarah istilah Buaya Darat. Legenda Baltazur dari Riau mengisahkan bahwa Buaya Baltazur konon sering memangsa gadis-gadis muda. Namun, mereka ditemukan berbadan utuh tetapi keperawanannya yang hilang.
Ada juga yang mengatakan istilah buaya darat diambil dari kebiasaan buaya yang sering diam-diam berburu mangsa. Buaya bahkan tetap memakan mangsanya walaupun sudah menjadi bangkai. Dari kebiasaan itu pula muncul istilah buaya darat yang dikaitkan dengan kebiasaan manusia yang tidak setia dan selalu mencari mangsa ibarat buaya.
Lain lagi dengan pendapat wartawan senior sekaligus penyair Samsudin Adlawi di majalah Tempo, istilah buaya darat berawal dari cerita masyarakat Soronganyit, Jember, Jawa Timur tahun 1971. Sebuah cerita di Soronganyit terdapat sebuah tambak buaya. Jadwal aktivitas kawanan buaya di situ begitu ketat. Kapan buaya harus di darat dan harus berada di air harus terjadwal. Suatu hari, ada seekor buaya jantan menghilang. Warga pun geger dibuatnya. Mereka takut dimangsa buaya yang kabur tersebut. Tiga bulan berlalu, ternyata buaya tadi ditemukan bersama buaya betina. Dan buaya betina itu bukan pasangan sahnya. Betina itu baru seumur anaknya sendiri.
Warga yang menemukan buaya itu pun serempak mengumpat “Dasar buaya”. “Sejak saat itu ketika ada lelaki punya hubungan gelap dengan perempuan yang bukan pasangan sahnya, ia spontan dikatai ‘lelaki buaya darat'” tulis Samsudin Adlawi di Tempo.
Dirangkum dari berbagai sumber oleh : Endang