ANALISA PASAR – 5 faktor yang membuat harga minyak tinggi. Secara logika, kalau ada yang bisa menaikkan harga tentu ada juga yang bisa menurunkannya, dengan asumsi krisis Rusia-Ukraina tetap berlangsung. Apa saja faktor itu? Mari kita bahas satu persatu.
Pertama, negosiasi masalah nuklir Iran mencapai titik temu, sehingga sanksi yang diberlakukan selama ini bisa dicabut. Dengan dicabutnya sanksi ini, suplai minyak dunia bisa bertambah paling tidak sebesar 2.5 juta bpd atau sekitar 2.5% kebutuhan dunia.
Artinya, suplai minyak dari Rusia yang diperuntukkan bagi ekspor sebesar 4 juta bpd bisa diatasi sebagian besar dari Iran. Sisanya bisa didapat dari peningkatan produksi dari lapangan minyak di Arab Saudi, Kuwait dan UAE.
Kedua, sanksi ekonomi yang selama ini diberlakukan terhadap Venezuela bisa dicabut sebagian, terutama yang menyangkut kegiatan eksplorasi dan produksi migas. Seperti yang kita tahu, Venezuela punya cadangan minyak terbesar di dunia melebihi Arab Saudi.
Memang tidak mudah untuk mengaktifkan kembali lapangan-lapangan minyak yang sudah lama ditinggalkan. Selain memerlukan waktu panjang juga membutuhkan dana yang tidak sedikit, Paling tidak pencabutan sanksi ini memberikan sinyal kepada market bahwa akan ada potensi suplai yang bisa menggantikan minyak Rusia.
Ketiga, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia akibat naiknya berbagai macam harga komoditas yang menyumbang pada inflasi tinggi. Negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat mengalami inflasi yang diluar dugaan mereka. Dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi ini kebutuhan terhadap migas akan turun sehingga dapat mendorong harga minyak juga bisa turun.
Keempat, perusahaan-perusahaan minyak dunia mempercepat penggunaan teknologi decarbonisasi, sehingga lapangan-lapangan yang masih bisa ditingkatkan produksinya mampu mensuplai minyak dengan teknologi yang ramah lingkungan.
Hal tersebut akan memberikan sinyal positif kepada pressure group yang selama ini menyuarakan keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan. Inisiatif-inisiatif migas yang ramah lingkungan diperlukan agar kebutuhan minyak selama masa transisi bisa dipenuhi sehingga harga tidak bergejolak.
Kelima, mempercepat produksi biofuel dengan feedstock (bahan baku) yang tidak bersaing dengan bahan makanan. Dengan segala tantangan yang ada, memang tidak mudah untuk mewujudkan biofuel sebagai pengganti fossil fuel. Paling tidak usaha ini harus terus menerus dicarikan terobosan agar tantangan dari segi bahan baku dan harga bisa teratasi. Alternatif akan adanya biofuel yang bisa mensubstitusi fossil fuel diharapkan bisa menstabilkan harga minyak dunia.
Dari lima faktor diatas, terlihat bahwa tidak mudah mencarikan jalan keluar agar harga minyak bisa stabil pada angka yang wajar. Inilah dunia energi yang berkelindan antara teknologi, komersial dan geopolitik. Tidak bisa hanya memakai kacamata yang sempit.
Memahami teknologi akan membantu kita bahwa kemampuan manusia masih sangat terbatas untuk mencari solusi terbaik agar kebutuhan energi yang ramah lingkungan bisa terwujud. Memahami sisi komersial dari bisnis energi bisa membantu kita untuk lebih berhemat dalam penggunaan energi terutama dari sumber yang tidak terbarukan. Memahami geopolitik dunia paling tidak bisa membantu kita untuk mengerti gejolak harga minyak dunia dari sisi politik antar negara.
Sumber : Arcandra Tahar